Madinacentralberita. Com | Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sumatera Utara, Bapak Muniruddin Ritonga, S.H.I., M.Ag., mendesak agar pelaku pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Diva Febriani—siswi SMA Negeri 1 Natal sekaligus anggota Paskibra Mandailing Natal (Madina)—dijatuhi hukuman mati.
Munir menilai kasus ini sebagai tindakan kejahatan luar biasa, karena telah merampas secara paksa hak hidup seseorang. “Tindakan ini adalah pelanggaran hak asasi yang sangat serius. Apa yang dialami Diva Febriani begitu kejam. Maka, sudah sewajarnya dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa,” ujar Munir saat dikonfirmasi wartawan Poskotasumatera pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Ia menambahkan, dalam kasus seperti ini, tidak ada ruang toleransi dalam penegakan hukum. Menurutnya, karena pelaku dengan sengaja mencabut hak hidup korban, maka layak dihukum seberat-beratnya.
“Hukuman sepadan harus dijatuhkan. Ini jelas pembunuhan yang disengaja. Apapun alasannya, tidak ada yang berhak mencabut nyawa orang lain, terlebih disertai penganiayaan. Pelaku bisa dihukum penjara seumur hidup, bahkan hukuman mati,” tegasnya.
Munir juga berharap aparat penegak hukum memberikan vonis maksimal. “Saya harap, nanti hakim menjatuhkan hukuman seumur hidup atau bahkan hukuman mati,” ujarnya.
Ia menegaskan, apapun alasan pelaku, anak tidak boleh menjadi korban. “Komnas Perlindungan Anak juga memberikan perhatian serius terhadap kasus ini, karena merupakan tragedi kemanusiaan berat. Tidak ada toleransi terhadap siapa pun yang mencabut hak hidup orang lain,” tegasnya lagi.
Sebagaimana diketahui, jasad Diva ditemukan terkubur di area perkebunan sawit di Desa Taluk, Kecamatan Natal, Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada Kamis sore, 31 Juli 2025. Ironisnya, pelaku bernama Yunus dilaporkan masih sempat mencabuli korban setelah meninggal dunia.
Akibat aksi biadab tersebut, Diva, yang seharusnya bertugas sebagai anggota pasukan pengibar bendera merah putih pada HUT RI, justru gugur secara tragis. (Mcb/M015)
